Sabtu, 09 Maret 2013

Secuil Renungan Pribadi setelah mengikuti Ibadah Hari Minggu

Sinode  GPM (Gereja Protestan Maluku) telah menetapkan 7 Minggu Sengsara menjelang peringatan Kematian Tuhan Yesus di Kayu Salib yang biasanya dirayakan dalam bentuk Ibadah Perjamuan Kudus. Ibadah yang sakral bukan saja bagi warga GPM tapi mungkin juga bagi semua orang Kristen sejagat.
7 Minggu itu dalam kaitan dengan ibadah Jemaat telah ditetapkan masing-masing Minggu dengan thema pemberitaan Firman Tuhan. Seingat saya Minggu Pertama : rela menderita jika itu memang dikehendaki Allah. Minggu kedua : hidup berbagi dengan sesama. Minggu ketiga : berpihak kepada yang lemah. Minggu keempat salib Kristus yang menebus dosa umat manusia. Minggu kelima saat ini : Berani mengambil keputusan dengan resiko untuk menyangkal diri dan tetap berada di jalan salib/pederitaan sesuai kehendak Tuhan. Mohon maaf bagi warga GPM yang mengetahui dengan pasti karena lima thema di atas saya mencoba menterjemahkan sendiri berdasarkan pemberitaan Firman oleh Pendeta saat Ibadah Minggu. Luar biasa GPM, mestinya dalam kenyataan hidup hari-hari yang namanya keluhan karena ketidaktaan pada thema pemberitaan firman Tuhan di atas tidak boleh terjadi. Tapi kenapa bisa terjadi? Pertanyaan kenapa bisa terjadi ini membuat saya mencoba membuat renungan pribadi seperti berikut ini :
1.       Arti Baptis dan Sidi tidak dipahami sebagai sebuah janji bahkan nazar  yang harus dipenuhi/dibayar  oleh orang tua dan para saksi  bagi Tuhan atas janji bahkan nazar untuk mendidik dan membesarkan anak yang dibaptis sesuai ajaran Firman Tuhan yang terdapat dalam Alkitab. Tugas dan tanggungjawab orang tua dan saksi baptisan (istilah orang Ambon adalah bapa sarani dan mama sarani) punya janji bahkan nazar yang telah diiklarkan dihadapan Tuhan dan Jemaat mesti dibayar. Dibayar bukan di dalam ibadah baptisan tersebut tetapi dibayar dalam kenyataan hidup si anak setiap hari yaitu membesarkan dan mendidiknya sampai anak itu dewasa sehingga berdasarkan ajaran dan didikan orangtua dan saksi baptisan itulah maka dia sendiri akan mengaku untuk memikul salib dan mengikut Kristus dalam ibadah pengukuhan sidi Jemat.
Janji atau nazar yang begitu berat tapi mulia dalam kenyataan tidak dilaksanakan/dibayar dengan penuh rasa takut dan hormat kepada Tuhan. Ritual baptisan kudus hanya dilihat sebagai acara seremonial keagamaan yang didalamnya mengandung maksud tertentu. Maksud tertentu seperti mengakrabkan keluarga, meningkatkan prestise bakan mencari keuntungan secara ekonomis. Contoh, ada anak yang ditangguhkan baptisannya hanya karena menunggu saksi baptisan dari luar daerah bahkan luar negeri karena dulu si saksi ini kawan akrab sang ayah atau ibu atau siapa saja si anak. Ada yang memilih saksi baptisan yang punya status sosial yang tinggi bahkan memiliki banyak harta. Ini bukan baptisan anak tapi eksploitasi anak demi kepentingan orang tua.
Akibat dari tindakan eksploitasi anak demi kepentingan orang tua ini tidak perlu heran muncul istilah Sidi Gaba-gaba. So pasti ketika si anak mengaku untuk bersedia memikul salib  mengikuti Kristus dalam ibadah pengukuhan Sidi Jemat dengan ucapan Bahkan tapi dalam praktek hidup kesehariannya berubah menjadi Bukan bersedia memikul salib  mengikuti Kristus tapi bersedia memikul dosa asalkan bisa mengikuti arus dunia ini yang membawa sukacita duniawi.

2.    Akibat butir 1 di atas maka Firman Tuhan yang diwujudkan dalam Alkitab sudah sulit dijadikan sebagai dasar hidup orang Kristen.  Mana mungkin eksploitasi anak demi kepentingan orang tua dan Sidi Gaba-gaba bisa menirukan apa yang diajarkan Musa kepada umat israel pada Uangan 6 : 5 – 25.
3. Kalau Firman Tuhan yang diwujudkan dalam Alkitab sudah sulit untuk dijadikan dasar hidup orang Kristen maka siapapun dia entah pendidikannya setinggi langit entah jabatannya setinngi langit  tidak akan mampu memperbaiki hidup yang takaruang bahasa seperti sekarang ini. Pemabuk dan Peselingkuh merasa hebat, koruptor menjadi bangga dengan uang hasil korupsinya telah menyebabkan hilangnya rasa takut dan gentar terhadap Tuhan pencipta langit, bumi dan segala isinya. 
4. Hilangnya rasa takut kepada Tuhan inilah merupakan awal penderitaan yang berkepanjangan sehingga renungan pribadi semacam ini muncul dalam pikiranku.
Terima kasih atas kesediaan untuk membaca tulisan ini. Jika tidak berguna atau berati anggaplah suatu musibah salah masuk kamar. Terima kasih. Syalom!

Tidak ada komentar: