Rabu, 02 September 2015

Masih Aktualkah Semboyan Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa di Indonesia ?

Kalau diamati masalah demi masalah yang sulit diatasi Indonesia, nampaknya bukan terletak pada beratnya masalah tapi kemauan selaku bangsa Indonesia untuk mau bersatu  memecahkan sejuta  masalah tersebut. Semboyan satu nusa satu bangsa dan satu bahasa sepertinya semboyan semu untuk mengamankan suatu kepentingan tertentu terutama beberapa oknum  pemerintah yang mempunyai kekuasaan, kewenanangan  atas posisi aman dan menyenangkan yang telah terlanjur dinikmatinya. Dikatakan beberapa oknum karena menurut hemat saya sebenarnya dilingkungan pemerintah tidak sedikit orang baik yang punya kemauan baik untuk melakukan hal yang baik bagi kepentingan negara Indonesia ini, yaitu demi kesejahteraan rakyat.

Menurut hemat saya Bapak Presiden RI saat ini Jokowi, juga bapak Gubernur DKI Jakarta Ahok, ibu Walikota Surabaya Risma dan beberapa nama lain yang kalau diamati, mereka ini pucuk pimpinan tertinggi tingkat Nasional, Provinsi dan Kota yang program-programnya luar biasa cemerlang dan baik demi kepentingan masyarakat banyak. Namun sengaja dihambat  oleh beberapa oknum bawahan di lingkungan pemerintah itu sendiri  yang berkolusi dengan para penjahat diluar lingkungan pemerintah  dengan sejuta argumentasi yang masuk akal yang sengaja menghambat  progaram yang cemerlang dan baik tadi hanya untuk kepentingan oknum-oknum tersebut dengan kroninya. Progaram cemerlang dan baik tadi diselewengkan. Secara kasat mata nampak amburadul, yang baik dan benar  disalahkan sedangkan macan berbulu domba alias penjahat dipujapuji,  hasilnya masyarakat menderita. Ini hal yang menurut hemat saya sungguh-sungguh terjadi dan sulit dibuktikan oleh siapapun. Bapak Jokowi, Bapak Ahok, Ibu Risma saja sulit membuktikannya apalagi orang lain. Kalau ahli  ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berubah menjadi ahli dalam bidang kejahatan, sudah tidak akan ada lawan yang bisa menghambat kejahatan tersebut. Siapa dan apapun dia akan bertekuk lutut dihadapan penjahat  berdasi tadi.

Sulit diterima akal sehat bahwa negara yang kaya raya dengan SDA dan punya cukup banyak SDM yang berpendidikan tinggi masih mengeluh kekurangan SDM sehingga kemiskinan dan penderitaan rakyat masih tetap dianggap normal. Ini menurut saya suatu pembohongan publik. Masa Indonesia masih terus mengimpor bbm, beras, sapi, kacang kedele dan sejuta bahan baku untuk memproduksi barang industri kebutuhan masyarakat banyak? Dimana para peneliti dengan hasil penelitian yang telah menghabiskan bermilyar bahkan mungkin triulan uang negara? Masa sampai hari gini belum ada hasil penelitian yang bisa menggantikan  bahan baku impor kebutukan barang industri dalam negeri dengan bahan baku lokal? Sudah 70 tahun merdeka tapi seperti baru saja kita merdeka. Segala sesuatu tidak siap. Yang siap Cuma sejuta argumentasi debat kusir untuk salin menjatuhkan. Aduh kasian Indonesiaku.