Senin, 11 Februari 2013

SEPENGGAL KENANGAN MANIS TAK TERLUPAKAN BERSAMA TULANG RUSUKKU TERCINTA

Coretan kenangan karena merasa rindu yang tak terkatakan kepada Tulang Rusukku Tercinta yang telah kembali dengan damai ke Rumah Bapa di Sorga pada Sabtu 19 Januari 2013 dan dimakamkan pada Minggu 20 Januari 2013 di pekuburan Jemaat GPM Lateri Ambon.

Tulang Rusukku dilahirkan di Makassar, 21 Maret 1961. Ayah Almarhum H Andi Saoeb dan Ibu Hasmy Saoeb. Kakak Haji Tutu Saoeb, Hajah Maryam Lukman, Hajah Fatma C. Purnomo. Adik Haji Marhan Saoeb dan Nusa Ibrahim Saoeb. Tempat Tinggal terakhir bersama orang tua dan kakak beradik di Kompleks PLN No 56 Jakarta.

Awal perkenalan kami 20 Maret 1979 di Kebun Sayur Jakarta Timur di rumah salah seorang teman sekolahnya yang sama-sama bersekolah di SMEA Bona Ventura, Pondok Bambu Jakarta Timur.
Kami berpacaran selama 3 (Tiga) tahun 8 bulan. Menikah tanggal 22 Desember 1982 di rumah Kel Pendeta S. Marantika Jalan Pasuruan 24 Jakarta (menikah catatan sipil oleh Pdt Kaligis, selaku Wakil catatan Sipil).

Mulai tinggal di Ambon 28 Pebruari 1983.Tinggal di rumah orang tuaku di Jalan dr Setia Budhi No. 11 A Ahusen, Ambon. Rumah berdinding seng beratapkan daun sagu, tidak berlistrik tapi diterangi dengan lampu petromaks. Satu-satunya hiburan pada waktu itu hanya radio Toshiba yang menggunakan bateri 6 (enam buah). Luar biasa kebaikan hatinya padaku sebagai suami yang adalah seorang PNS gol II/b. Tulang Rusukku belum sekalipun mengeluh tentang kemiskinanku pada waktu itu, padahal dia berasal dari keluarga yang status ekonominya jauh berada diatasku. Ayahnya adalah pensiunan PLN pusat yang juga punya jabatan.

Kental didingatan saya, satu blus warna kuning dipakai oleh Tulang Rusukku ke pasar, ke gereja, ke kebaktian karena dia semata-mata tidak mau mengganggu perasaanku. Dia paham dan mengerti betul bahwa gaji suaminya tidak cukup untuk sebulan. Untung masih tinggal dengan orangtuaku sehingga masih bisa terbantu, sekalipun ayahku hanya seorang pensiunan namum masih kuat untuk memperbaiki senjata orang lain sehingga masih memperoleh sedikit pendapatan.

Cinta kami berdua bertumbuh dari hari kehari melalui kebiasaan kebiasaan yang tanpa kami sadari telah mengikat cinta kasih kami begitu kuat. Pagi waktu sarapan sebelum kekantor tulang rusukku menemaniku walaupun sekedar hanya duduk dan ngobrol hal-hal kecil. Hal ini jug tejadi pada makan siang maupun malam. Setelah sarapan pagi kami  berdoa bersama yang diikuti dengan kecupan bibir yang menurut saya biasa-biasa saja, nanum sewaktu-waktu kalau ada pertengkaran dan kebiasaan kecup ini terlewatkan, sangat terasa sekali ada sesuatu yang kurang. Bukan saja  ditemani tulang rusukku. Berdoa bersama yang diikuti kecupan  ini, bukan saja pada waktu mau ke kantor tetapi setiap saat aku akan bepergian keluar rumah sampai saat aku hendak ke kantor dari rumah sakit tempat tulang rusukku dirawat saat-saat terakhirnyapun tetap kami lakukan. Memang cinta tidak bertumbuh dari hal yang besar tapi hal-hal kecil yang dilakukan dengan tulus.

Kami berdua mempuyai anak 4 orang. Keempat-empatnya kuliah di Jakarta. Kalau direnungkan rasanya mustahil dengan apa yang kami miliki, tapi mereka adalah anak-anak kepunyaan Tuhan, sehingga kami yakin Tuhan sendirilah yang menyiapkan dana untuk mereka kuliah. Ini merupakan kesaksian bagi orang tua yang anak-anaknya ingin merantau dan melanjutkan pendidikan keluar kota. Jangan berkecil hati, berdoa dan berharaplah kepada Tuhan, maka Tuhan sendiri akan menyelesaikan masalah kita. Dia melindungi, dan menyediakan segala yang dibutuhkan anak-anakNya sendiri. Berserahlah padaNya, tindakanNya diluar apa yang kita pikir dan kita inginkan. Jangan batasi Dia dengan pikiran dan rencana kita. Dia tahu persis apa yang harus Dia lakukan.Dia tahu kita hanya debu. Ingat nasihatNya :" di luar Aku, kamu tidak bisa berbuat apa-apa.

Aku harus jujur untuk berani mengatakan bahwa peranan Tulang Rusukku yang paling dominan bagi pertumbuhan anak-anak kami, bauk dari sisi pendidikan maupun iman. Pendidikan iman anak-anak kami sejak kecil sangat mendapat perhatian serius dari Tulang Rusukku, padahal Yang dia seorang mualaf. Kami menikah di catatan Sipil 22 Desember 1982 seperti yang telah diuaraikan diatas, menikah di GPIB Menara Iman 6 tahun kemudian yakni 12 Desember 1988. Anak kami terdiri dar 3 orang wanita semuanya sudah selesai pendidikan S1 dan ketiga-tiganya bekerja di Bank Swasta. Satu-satunya laki masih kuliah. Saya ingat betul ketika anak kami baru lulus SMA tahun 2000, waktu itu sementara terjadi kerusuhan sosial di Maluku. Universitas Pattimura maupun Universitas Kristen Indonesia Maluku sudah terbakar. Tulang Rusukku memaksa saya untuk menyekolahkan anak kami di Jakarta. Saya katakan darimana uang untuk itu? Tapi sungguh Tulang Rusukku sangat optimis, kareana dengan uang seadanya dia mengantar sendiri anak kami ke Jakarta. Dia memilih tempat kost ketimbang menumpang di rumah saudara kandungnya. Ternyata usahanya tidak sia-sia, bahkan sampai anak kami keempatpun masih bisa kami sekolahkan di Jakarta. Menurut saya, ini semua mujizat. Iman Tulang Rusukku telah menyelamatkan pendidikan anak-anak kami. Haleluya!

Sekarang tubuh jasmaninya telah terlepas, dia sudah mengenakan tubuh Rohani yang bebas dari rasa sakit yang dia alami.
Sampai bertemu Asyeku Sayang, Tuhan masih memberi kesempatan bagi Paul untuk menjadi sombar bagi anak2 kita berdua, Asmy, Willsa, Advent'I dan Yobel.

Secara Jasmani kita berdua telah terpisah raga dan tempat tapi cinta kasih yang berpadu selama 30 tahun 28 hari telah menyatukan Roh Paul dengan Asyeku Sayang Tulang Rusukku tercinta. Selamat menikmati cinta Kasih Tuhan Yesus di Rumah Bapa Surga yang baka, Tulang Rusukku Tercinta, Asyeku sayang













.     

Tidak ada komentar: