Jumat, 31 Agustus 2012

KOTA AMBON SEBAGAI KOTA MUSIK


Beberapa waktu lalu, Bapak Wali Kota Ambon telah mencanangkan kota Ambon sebagai kota Musik. Menurut hemat saya hal ini tidaklah berkelebihan, karena orang Ambon yang sebenarnya orang Maluku mempunyai beberapa nilai lebih di bidang music khususnya seni suara. Nilai lebih yang saya lihat disini antara lain   orang Ambon biasanya  dianggap pandai bernyanyi dan  mempuyai suara yang merdu sekalipun ada satu dua orang termasuk saya bicara saja false, apalagi bernyanyi.
Selain nilai lebih ada juga beberapa nilai kurang seperti :
-          Kurang menghargai para penyanyi sesama orang Ambon khususnya yang berdiam dikota Ambon. Contoh nyata,  begitu banyak penyanyi Lokal yang pandai menyanyi dan bersuara merdu hanya laku dijual  pada moment-moment tertentu seperti acara perkawinan. Hal yang demikian justru diperparah lagi dengan ulah Pemerintah Daerah sendiri dimana ketika acara keramaian tertentu, yang merupakan hayat Pemerintah Daerah, para penyayi ibukota RI yang didatangkan dan memperoleh porsi yang besar untuk menghibur masyarakat kota Ambon. Penyanyi lokal memang juga dipakai namun lebih bersifat pelengkap penderita. Padahal dari sisi tehnik menyanyi maupun penampilan para penyanyi lokalpun mempunyai nilai lebih yang tidak kalah daripada artis ibukota.
-          Hal di atas bisa   berdampak buruk bagi para remaja yakni menumbuhkan sifat meniru guna meraih popularitas karbitan daripada  mengembangkan ciri  khas tersendiri guna pengembangan bakat khususnya dalam dunia seni suara.
-          Event-event perlombaan yang yang bersifat pembinaan bakat yang dilakukan hampir secara rutin pada era tahun 70 an dan 80 an telah diganti dengan event-event yang berskala nasional namun lebih bersifat komersialisasi dan ekonomis yang hasilnya hanya dirasakan oleh kalangan tertentu alias the have, the poor  berbakat Cuma bisa ikut-ikutan mengagumi, bahkan menjadi korban karena memaksa diri menguras kantong untuk bisa meraih prestise belaka.
Pencanangan kota Ambon sebagai kota musik mestinya mempunyai rencana jangka panjang yang bermuara pada peciptaan  musik sebagai salah satu lapangan pekerjaan yang bisa diandalkan, bukan sekedar biking rame pesta e.  Untuk menuju kearah ini tidak serta merta lalu dengan gampang muncul pemikiran untuk mendirikan sekolah musik di kota Ambon, karena selain membutuhkan nilai investasi yang tidak kecil juga dihadapkan pada resiko kerugian yang akan dialami investor. Mendirikan sekolah musik harus mempertimbangkan sifat-sifat yang kurang terpuji saat ini yang dimiliki orang Ambon seperti tahu sedikit tapi anggap diri sudah paling tahu sehingga enggan untuk belajar dari orang yang tahu tapi masih terus mau belajar. Ose tu sapa? Beta lebe tau o, la mau pi blajar dar ose yang kao2 tu. Sorry saja e.
Saya yakin di kota Ambon Manise e ini ada orang-orang tertentu yang mungkin tidak sampai sejajar dengan almarhum Pranajaya yang mendirikan Bina Musik di Jakarta, pasti sanggup pula untuk melakukan hal yang sama dikota Ambon ini. Tentu saja mesti mendapat sokongan baik secara moril maupun material dari pihak Pemda sehingga pembinaan bakat bisa mulai dilakukan. Selain pembinaan bakat, secara berangsur-angsur dapat merubah mind set bahwa dunia seni suara tidak saja berkembang karena bakat tetapi juga mesti disentuh oleh dunia pendidikan, khusunya seni suara dan musick pada umumnya, sehingga tidak enggan untuk mau belajar guna mengembangkan diri.
Saya pun melihat peluang untuk menjadikan musik sebagai salah satu lapangan pekerjaan yang potensial karena orang Ambon suka musik dan mempuyai sifat konsumerisme yang cukup tinggi. Meski tidak mempunyai banyak uang tapi nekad membeli alat-alat musik/elektronik yang mahal.  Masalahnya adalah bagaimana merubah mind set untuk menghargai penyanyi lokal yang potensial yang tidak kalah dengan penyanyi ibukota, sehingga pasar bagi penyayi lokalpun terbuka di kota Ambon.
Munculnya penyanyi asal Maluku sekaliber Bob Tutupoly, dan Broery Pesolima Marantika yang  berkembang dan terkenal pada era mereka memang  tidak bertumpu pada dunia pendidikan seni suara tetapi lebih bertumpu pada bakat yang terus dikembangkan secara otodidak jangan dijadikan patokan untuk meraih sukses. Mereka berdua itu   harus dilihat sebagai  suatu kekecualian sehingga tidak bisa dijadikan patokan yang berlaku umum.

Tidak ada komentar: