Sinode GPM (Gereja Protestan Maluku) telah
menetapkan 7 Minggu Sengsara menjelang peringatan Kematian Tuhan Yesus di Kayu
Salib yang biasanya dirayakan dalam bentuk Ibadah Perjamuan Kudus. Ibadah yang
sakral bukan saja bagi warga GPM tapi mungkin juga bagi semua orang Kristen
sejagat.
7 Minggu itu dalam kaitan dengan
ibadah Jemaat telah ditetapkan masing-masing Minggu dengan thema pemberitaan
Firman Tuhan. Seingat saya Minggu Pertama : rela menderita jika itu memang
dikehendaki Allah. Minggu kedua : hidup berbagi dengan sesama. Minggu ketiga :
berpihak kepada yang lemah. Minggu keempat salib Kristus yang menebus dosa umat
manusia. Minggu kelima saat ini : Berani mengambil keputusan dengan resiko
untuk menyangkal diri dan tetap berada di jalan salib/pederitaan sesuai
kehendak Tuhan. Mohon maaf bagi warga GPM yang mengetahui dengan pasti karena
lima thema di atas saya mencoba menterjemahkan sendiri berdasarkan pemberitaan
Firman oleh Pendeta saat Ibadah Minggu. Luar biasa GPM, mestinya dalam
kenyataan hidup hari-hari yang namanya keluhan karena ketidaktaan pada thema
pemberitaan firman Tuhan di atas tidak boleh terjadi. Tapi kenapa bisa terjadi? Pertanyaan kenapa bisa terjadi ini membuat saya mencoba membuat renungan
pribadi seperti berikut ini :
1. Arti
Baptis dan Sidi tidak dipahami sebagai sebuah janji bahkan nazar yang harus
dipenuhi/dibayar oleh orang tua dan para
saksi bagi Tuhan atas janji bahkan nazar untuk mendidik dan membesarkan
anak yang dibaptis sesuai ajaran Firman Tuhan yang terdapat dalam Alkitab.
Tugas dan tanggungjawab orang tua dan saksi baptisan (istilah orang Ambon
adalah bapa sarani dan mama sarani) punya janji bahkan nazar yang telah
diiklarkan dihadapan Tuhan dan Jemaat mesti dibayar. Dibayar bukan di dalam
ibadah baptisan tersebut tetapi dibayar dalam kenyataan hidup si anak setiap
hari yaitu membesarkan dan mendidiknya sampai anak itu dewasa sehingga
berdasarkan ajaran dan didikan orangtua dan saksi baptisan itulah maka dia
sendiri akan mengaku untuk memikul salib dan mengikut Kristus dalam ibadah
pengukuhan sidi Jemat.
Janji atau nazar
yang begitu berat tapi mulia dalam kenyataan tidak dilaksanakan/dibayar dengan
penuh rasa takut dan hormat kepada Tuhan. Ritual baptisan kudus hanya dilihat
sebagai acara seremonial keagamaan yang didalamnya mengandung maksud tertentu.
Maksud tertentu seperti mengakrabkan keluarga, meningkatkan prestise bakan
mencari keuntungan secara ekonomis. Contoh, ada anak yang ditangguhkan baptisannya
hanya karena menunggu saksi baptisan dari luar daerah bahkan luar negeri karena
dulu si saksi ini kawan akrab sang ayah atau ibu atau siapa saja si anak. Ada
yang memilih saksi baptisan yang punya status sosial yang tinggi bahkan
memiliki banyak harta. Ini bukan baptisan anak tapi eksploitasi
anak demi kepentingan orang tua.
Akibat dari
tindakan eksploitasi anak demi kepentingan orang tua ini tidak perlu heran
muncul istilah Sidi Gaba-gaba. So pasti ketika si anak mengaku untuk bersedia
memikul salib mengikuti Kristus dalam
ibadah pengukuhan Sidi Jemat dengan ucapan Bahkan tapi dalam praktek hidup
kesehariannya berubah menjadi Bukan bersedia memikul salib mengikuti Kristus tapi bersedia memikul dosa
asalkan bisa mengikuti arus dunia ini yang membawa sukacita duniawi.
2. Akibat
butir 1 di atas maka Firman Tuhan yang diwujudkan dalam Alkitab sudah sulit
dijadikan sebagai dasar hidup orang Kristen. Mana mungkin eksploitasi anak demi kepentingan
orang tua dan Sidi Gaba-gaba bisa menirukan apa
yang diajarkan Musa kepada umat israel pada Uangan 6 : 5 – 25.
3. Kalau Firman Tuhan yang diwujudkan dalam Alkitab sudah sulit untuk dijadikan dasar hidup orang Kristen maka siapapun dia entah pendidikannya setinggi langit entah jabatannya setinngi langit tidak akan mampu memperbaiki hidup yang takaruang bahasa seperti sekarang ini. Pemabuk dan Peselingkuh merasa hebat, koruptor menjadi bangga dengan uang hasil korupsinya telah menyebabkan hilangnya rasa takut dan gentar terhadap Tuhan pencipta langit, bumi dan segala isinya.
4. Hilangnya rasa takut kepada Tuhan inilah merupakan awal penderitaan yang berkepanjangan sehingga renungan pribadi semacam ini muncul dalam pikiranku.
3. Kalau Firman Tuhan yang diwujudkan dalam Alkitab sudah sulit untuk dijadikan dasar hidup orang Kristen maka siapapun dia entah pendidikannya setinggi langit entah jabatannya setinngi langit tidak akan mampu memperbaiki hidup yang takaruang bahasa seperti sekarang ini. Pemabuk dan Peselingkuh merasa hebat, koruptor menjadi bangga dengan uang hasil korupsinya telah menyebabkan hilangnya rasa takut dan gentar terhadap Tuhan pencipta langit, bumi dan segala isinya.
4. Hilangnya rasa takut kepada Tuhan inilah merupakan awal penderitaan yang berkepanjangan sehingga renungan pribadi semacam ini muncul dalam pikiranku.
Terima kasih atas
kesediaan untuk membaca tulisan ini. Jika tidak berguna atau berati anggaplah
suatu musibah salah masuk kamar. Terima kasih. Syalom!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar