Kalau diamati
masalah demi masalah yang sulit diatasi Indonesia, nampaknya bukan
terletak pada beratnya masalah tapi kemauan selaku bangsa Indonesia
untuk mau bersatu memecahkan sejuta masalah tersebut. Semboyan satu nusa satu bangsa
dan satu bahasa sepertinya semboyan semu untuk mengamankan suatu kepentingan
tertentu terutama beberapa oknum pemerintah
yang mempunyai kekuasaan, kewenanangan atas posisi aman dan menyenangkan yang telah
terlanjur dinikmatinya. Dikatakan beberapa oknum karena menurut hemat saya
sebenarnya dilingkungan pemerintah tidak sedikit orang baik yang punya kemauan
baik untuk melakukan hal yang baik bagi kepentingan negara Indonesia ini, yaitu
demi kesejahteraan rakyat.
Menurut hemat saya Bapak Presiden RI
saat ini Jokowi, juga bapak Gubernur DKI Jakarta Ahok, ibu Walikota Surabaya
Risma dan beberapa nama lain yang kalau diamati, mereka ini pucuk pimpinan
tertinggi tingkat Nasional, Provinsi dan Kota yang program-programnya luar
biasa cemerlang dan baik demi kepentingan masyarakat banyak. Namun sengaja
dihambat oleh beberapa oknum bawahan di
lingkungan pemerintah itu sendiri yang
berkolusi dengan para penjahat diluar lingkungan pemerintah dengan sejuta argumentasi yang masuk akal yang
sengaja menghambat progaram yang
cemerlang dan baik tadi hanya untuk kepentingan oknum-oknum tersebut dengan
kroninya. Progaram cemerlang dan baik tadi diselewengkan. Secara kasat mata
nampak amburadul, yang baik dan benar disalahkan
sedangkan macan berbulu domba alias
penjahat dipujapuji, hasilnya masyarakat menderita. Ini hal yang
menurut hemat
saya sungguh-sungguh terjadi dan sulit dibuktikan oleh siapapun. Bapak
Jokowi,
Bapak Ahok, Ibu Risma saja sulit membuktikannya apalagi orang lain.
Kalau ahli ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berubah menjadi ahli
dalam bidang
kejahatan, sudah tidak akan ada lawan yang bisa menghambat kejahatan
tersebut.
Siapa dan apapun dia akan bertekuk lutut dihadapan penjahat berdasi
tadi.
Sulit diterima akal sehat bahwa
negara yang kaya raya dengan SDA dan punya cukup banyak SDM yang berpendidikan
tinggi masih mengeluh kekurangan SDM sehingga kemiskinan dan penderitaan rakyat
masih tetap dianggap normal. Ini menurut saya suatu pembohongan publik. Masa
Indonesia masih terus mengimpor bbm, beras, sapi, kacang kedele dan sejuta
bahan baku untuk memproduksi barang industri kebutuhan masyarakat banyak?
Dimana para peneliti dengan hasil penelitian yang telah menghabiskan bermilyar
bahkan mungkin triulan uang negara? Masa sampai hari gini belum ada hasil
penelitian yang bisa menggantikan bahan
baku impor kebutukan barang industri dalam negeri dengan bahan baku lokal?
Sudah 70 tahun merdeka tapi seperti baru saja kita merdeka. Segala sesuatu
tidak siap. Yang siap Cuma sejuta argumentasi debat kusir untuk salin
menjatuhkan. Aduh kasian Indonesiaku.